Jumat, 08 Februari 2008

Like Water, Like Me

“Dan Allah telah menciptakan semua jenis hewan dari air, maka sebagian dari hewan itu ada yang melata di atas perutnya dan sebagian berjalan dengan dua kaki, sedang sebagian (yang lain) berjalan dengan empat kaki; Allah menciptakan apa yang dikehendaki-Nya, sesungguhnya Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.” (QS. An Nuur: 45)

Di atas terdapat suatu ayat suci tentang penciptaan dan juga merupakan ayat yang sering digunakan oleh Harun Yahya untuk menentang para pemikiran evolusioner. Memang ada apa dengan ayat ini? Tentunya jika kita baca dengan cermat, tertulis bahwa ”....Allah telah menciptakan semua jenis hewan dari air....” Air? Apa maksudnya? Berikut akan dibahass lebih detail pada alinea selanjutnya.

Secara biologis, tubuh kita tersusun dari sejumlah sel yang akan membentuk jaringan. Kumpulan dari jaringan yang berbeda akan membentuk organ. Organ akan bekerja saling komplementer membentuk sistem organ. Sistem organ kemudian akan membentuk organisme. Inilah konsep dasar biologi. Tapi, apa hubungannya dengan air? Dalam tingkatan seluler, tubuh kita tersusun dari sel dan dalam tingkatan molekuler, sel sendiri tersusun dari molekul-molekul yang saling mendukung. Dalam sel, terdapat sitoplasma yang penyusunnya adalah air (75%) dan protein (25%). Dari satu sel saja, sudah dapat dilihat bahwa tubuh kita memang sebagian besar tersusun dari air.

Dalam sebuah buku yang berjudul The Miracle of True Water, dijelaskan bahwa air dapat berupa kristal yang dapat berubah bentuk sesuai dengan kondisi lingkungan di sekitarnya. Air dapat menjadi bentuk kristal heksagonal yang indah apabila dibasakan doa-doa dan dapat berubah bentuk yang tak karuan dan tidak indah jika didengarkan kata-kata kasar. Fenomena ini juga berimbas pada manusia yang sebagian besar tubuhnya tersusun dari air. Manusia akan lebih baik, sabar, tingkat keimanan dan ketakwaan tinggi jika lebih sering mendengar doa-doa dalam bentuk dzikir atau firman Allah dalam Holly Qur’an. Sebaliknya, manusia yang lebih sering mendengar umpatan yang kasar akan membuat manusia tersebut rusak dan tentunya bukan ini yang kita harapkan sebagai seorang muslim.

Salah satu bentuk nikmat dari kehadiran air adalah wudhu. Apakah pernah terlintas dalam pikiran kita, mengapa wudhu menggunakan air? Mengapa tidak menggunakan media lain? Dalam hal medis, ternyata wudhu dapat mempermudah regenerasi kulit yaitu penggantian sel yang lama dengan yang baru. Selain itu, air bekerja sama dengan Immunoglobulin A (IgA) dapat menjaga sterilitas dan infeksi. Hal ini didukung dengan fatwa Allah kepada nabi Musa a.s. ” ...Karena sesungguhnya barangsiapa yang berwudhu, maka di berada dalam keamanan-Ku.”

Mungkin yang kita pikirkan sekarang hanyalah bentuk aplikasi dan manfaat dari adanya air. Tapi, sebenarnya masih ada yang dapat kita pelajari dari air, antara lain:

* Air mengalir dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah. Maksudnya setinggi-tingginya manusia tersebut dalam hal jabatan, gelar, bahkan penghasilan, manusia harus tetap rendah hati karena manusia akan kembali ke tempat yang lebih rendah dari tempat berpijaknya sekarang, yaitu liang lahat. Lalu, bagaimana dengan air mancur? Air mancur merupakan fenomena di mana airdapat bergerak ke tempat yang lebih tinggi karena adanya usaha. Hal ini dapat kita amalkan juga bahwa manusia dapat menjadi lebih baik dengan adanya usaha. Bukankah Allah tidak akan merubah suatu kaum sebelumnya kaum tersebut merubah dirinya sendiri?

* Air dapat berubah bentuk bahkan wujud menjadi padat, cair, bahkan gas. Hal ini dapat dicontoh oleh manusia yang dapat beradaptasi terhadap lingkungan sekitarnya.

* Air mengikuti sebuah siklus. Sayangnya, ini tidak berlaku untuk manusia. Air yang berada di hulu akan menuju hilir dan bermuara ke lautan lepas. Setelah itu, akan mengalami kondensasi dan turun sebagai hujan di daerah hulu lalu berlanjut ke hilir dan seterusnya siklus ini terjadi. Tetapi, lain halnya dengan manusia. Setelah dilahirkan, manusia akan tumbuh besar, dewasa, menemui masa tuanya lalu meninggal dunia. Dan setelah berjumpa dengan alam kubur, manusia tidak akan kembali dilahirkan ke dunia dan tumbuh dewasa dan menjalani masa tua untuk ke dua kalinya. Itulah sunatullah! Itu pula yang menandakan bahwa manusia bukanlah zat yang sempurna dan kekal. Milik-Nyalah kesempurnaan dan kekekalan.

Cause we lost it all

Nothing last forever

I’m sorry I can be perfect….